Percikan: Sejumput Cerpen berjudul “Stage 2”

Berubah drastis. Apa bisa saya meminta waktu diputar balikkan kembali ke beberapa bulan yang lalu? Serasa tak mungkin, jauh dari angan. Saya tak menghendaki berada di Stage 2 seperti ini. Saya lebih memilih stay di Stage 1 saja, enggan berlanjut ke Stage 2 jika keadaannya super  madesu (masa depan suram) seperti ini. Hanya hamparan padang pasir tandus dan gersang, tak ada harapan. Saya makin terkesiap saat menyadari garis finish-nya tak kunjung kelihatan. Keadaan disini semua terasa panas, hambar, berdebu. Sayangnya, saya sekarang disini..
Stage 1 lebih segar. Banyak tumbuh bunga di kanan-kiri. Anginnya semilir, sejuk di muka. And the flowers went blushing. Sayangnya itu sudah lewat..
Buntu, semuanya..
“Jalan buntu atau apapun itu, pasti ada satu celah kecil untuk ketemu ‘the way to escape‘ meski yang kita temukan jalan tikus tanah, ayo gali!”. Quote itu saja yang selalu mengiang-ngiang di pusara kepala saya.
Sekarang mulai terasa pengap, lalu saya pun terseok-seok mencari benda apapun untuk menggali jalan tikus tanah yang saya temukan. Tujuan saya hanya satu: saya ingin secepatnya keluar.
Masalahnya, saya harus gali jalan tikus tanah ini pakai apa? Tidak ada apa-apa dan siapa-siapa disini. Saya mulai putus asa, ini harus bagaimana dan mulai darimana? Stage 2 mulai membunuh saya!
Semuanya hanya padang pasir dan didepan ada tembok besar seperti tebing yang tinggi menjulang, seolah-olah tembus sampai ke Neraka Jahanam.
Saya menelungkupkan diri ke pojok dinding, bingung harus apa. Celah kecil tikus tanah itu satu dari seribu cara gila saya untuk dapat bisa keluar dari dinding super tinggi itu. Menggalinya sulit dan kalaupun bisa, saya dipastikan mati kehabisan oksigen beberapa menit kemudian.
Masa harus menunggu? Saya bisa gila! Hamparan pasir ini seakan bisa menyedot saya kedalamnya sewaktu-waktu, saya harus melakukan sesuatu, tapi apa?
Kamu mampu menjawab?
Mampu membantu?
Hanya rasa sayang paling tulus di dunia ini yang dapat membantu saya keluar..
                                                          *** The End ***
Rahmi Aulia, 2011

Published by Rahmi Aulia

I write louder than speak. Am a ENFJ kinda HR practitioner who love crafting parenthood and motherhood moments in my blog.

Leave a comment